Sumenep, beritata.com – Amat disayangkan pelaksanaan Madura Night Vaganza 2024 atau pameran pembangunan merupakan ajang bergengsi untuk inovasi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep yang ditempatkan di Stadion Ahmad Yani pada pekan lalu.
Padahal banyak tempat diluar lapangan sepakbola yang bisa dipakai untuk acara tersebut. Hal ini tidak lepas dari pengamatan masyarakat pencinta bola di Kabupaten Sumenep.
Dengan dalih meningkatkan perekonomian UMKM, Pemerintah Kabupaten Sumenep menggelar acara tersebut, akan tetapi disisi lain terutama olahraga, jelas berdampak negatif.
Tentunya sarana dan prasarana dipastikan rusak akibat dipakai konser musik dan even pameran tersebut. Rumput yang rusak akibat terinjak ribuan manusia, lapangan yang tentunya lubang-lubang bekas besi yang ditanam untuk panggung.
Akhir-akhir ini kita sering disuguhi oleh perdebatan tentang pergeseran fungsi sarana dan prasarana olahraga, stadion sepakbola Ahmad Yani Sumenep
Pada hakikatnya, keberadaan stadion secara lazim difungsikan untuk olahraga seperti sepakbola maupun cabang lainnya. Namun dalam perkembangannya, tidak sedikit juga yang menjadikan stadion sebagai lokasi untuk kegiatan lain seperti konser musik, kampanye, dan lain sebagainya.
Kelompok yang paling dirugikan ini adalah klub sepakbola, kemudian penonton dari kalangan masyarakat.
Edi LaKi yang merupakan aktivis sekaligus pengamat sepakbola Sumenep mengatakan pada beritata.com, “Amat disayangkan Pemda Sumenep yang tidak peduli akan sarana olah raga yang ada di Sumenep, selama ini apa yang dilakukan Pemda hanya eforia tanpa berfikir mudhorotnya,” jelas Edi.
“Bahkan event Madura Night Vaganza tersebut menelan anggaran 200 juta, sungguh fantastis..anehnya stand-standnya juga disewakan 1,5 juta per stand, “ papar Edi LaKi
Banyak tempat untuk konser musik maupun tempat event pameran diluar stadion yang bisa dipergunakan, akan tetapi memakai stadion dalam yang notabene tempat sarana olahraga sangat disayangkan.
“Rusak, kata kuncinya jelas… adanya lubang bekas tenda ataupun panggung konser, adanya paku-paku bekas bangunan sementara dan rumput yang susak diinjak ribuan orang,”pungkas Edi
Protes dan komentar masyarakat seakan dianggap “anjing menggonggong kafilah berlalu” (peribahasa.red) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep.
Tanggung jawab Pemerintah Daerah untuk mensejahterakan dan memajukan ekonomi rakyat terabaikan. Yang ada hanya kesan ‘Pencitraan’ adanya. Itulah yang masyarakat Sumenep rasakan saat ini. (red)