BeritaKesehatan

Pengambilan Sampel Darah SHK Bayi Baru Lahir Penting, Dinkes P2KB Sumenep Lakukan Sesuai Prosedur Kesehatan

265
×

Pengambilan Sampel Darah SHK Bayi Baru Lahir Penting, Dinkes P2KB Sumenep Lakukan Sesuai Prosedur Kesehatan

Sebarkan artikel ini
WhatsApp Image 2023 12 14 at 21.43.23

Sumenep, beritata.com – Dinas Kesehatan  Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, melalui pers rilis dalam pernyataannya tentang pengambilan sampel darah untuk Skining Hipotiroid Kongenital (SHK) bayi baru lahir yang sudah sesuai dengan prosedur kesehatan. Kamis, 14 Desember 2023

Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) adalah skrining yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan bayi yang bukan penderita. Bayi baru lahir yang bisa diperiksa ialah yang berusia 2-14 hari.

Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (kabid kesmas) Dinkes P2KB Sumenep Ellya Fadrasah  kepada beberapa awak media di aula kantor Dinkes P2KB Sumenep. Dalam pernyataannya bahwa pengambilan sampel darah pada bayi yang baru lahir sangat penting dengan metode Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) untuk mendeteksi terjadinya penurunan atau tidak berfungsinya kelenjer tiroid yang didapat pada bayi baru lahir.

Sehingga hal ini terjadi karena kelainan anatomi atau gangguan metabolisme pembentukan hormon tiroid atau defisiensi iodium. Kekurangan hormon tiroid pada bayi dan masa awal kehidupan,  yang bisa mengakibatkan retardasi mental (keterbelakangan mental) dan hambatan pertumbuhan (stunting/pendek).

download“Skreening Hipotiroid Kongenital ini dilaksanakan berdasarkan Permenkes no 78 Tahun 2014 tentang Skreening Hipotiroid kongenital, SE nomor 02.02/II/3398/2022 tentang kewajiban pelaksanaan SHK dan Kepmenkes HK 01-07 MENKES 1511-2023 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan SHK. Untuk Kabupaten Sumenep pelaksanaan SHK mulai per tanggal 1 September 2023,” tuturnya.

Prosedur  yang diterapkan dengan teknik pengambilan sampel darah yang dilakukan melalui tumit bayi (heel prick). Teknik ini adalah cara yang sangat dianjurkan dan paling banyak dilakukan diseluruh dunia.

“Darah yang keluar diteteskan pada kertas saring khusus sampai bulatan kertas penuh terisi darah, kemudian setelah kering dikirim ke laboratorium SHK di RS dr Soetomo Surabaya,” ujarnya.

Dampak yang perlu diwaspadai pada penyakit hipoteroid kongenital ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat permanen. Perlu di garis bawahi, jika bayi menunjukkan gejala seperti tubuh cebol, lidah besar, bibir tebal, hidung pesek, pusar menonjol, kesulitan bicara, keterbelakangan mental maka pemeriksaan sudah terlambat.

Melihat kondisi tersebut maka penting bagi kita smua untuk melakukan skrining hipoteroid kongenital (SHK) sedini mungkin disaat 48 sampai 72 jam diawal kehidupan. Program kesehatan ini difasilitas kesehatan dalam layanan kesehatan ibu dan anak terdekat atau fasilitas kesehatan milik pemerintah dengan gratis.

Beberapa saat yang lalu di Sumenep sempat di hebohkan dengan kematian bayi baru lahir di Kecamatan Batang-Batang pada usia 6 hari saat perjalanan dirujuk dari RSI Garam Kalianget ke RSUD Sampang. Dalam hal ini pihak keluarga menyalahkan pengambilan sampel darah SHK (Skrining hipotiroid kongenital) yang menyebabkan bayi sakit dan kemudian meninggal.

Dalam menyikapi hal ini,  Dinkes P2KB Kabupaten Sumenep melakukan AMP (Audit Maternal Perinatal) di Puskesmas Batang-Batang itu. Kemudian melakukan koordinasi duduk  bersama Puskesmas setempat dengan Forpimcam dan Kepala Desa untuk melakukan silaturahmi dan klarifikasi mengenai penyebab kematian bayi tersebut.

 “Dinas Kesehatan Sumenep juga melakukan AMP bersama tim AMP Kabupaten Sumenep dan tim AMP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur,” ujarnya

Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep telah membentuk satuan petugas khusus independen yang diinisiasi oleh Achmad Fauzi Wongsojudo, Bupati Sumenep, melakukan audit dan penelusuran terkait kematian bayi tersebut.

Tim Satuan Petugas Khusus independen ini terdiri dari, 5 unsur profesi medis dan lintas sektor. yaitu,

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumenep

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Sumenep

Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium (PALTEKI) Sumenep

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumenep

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumenep

Forpimcam, Kepala Desa, Tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta Civitas Akademi dari Universitas Wiraraja.

Dalam penyampaiannya “IDAI, IDI, IBI, PPNI dan PALTEKI memberi kesimpulan bahwa pelaksanaan SHK yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan Standart Operasional Prosedur,” ungkapnya.

Juga dapat di pastikan untuk pengambilan sample darah untuk pelaksanaan SHK tidak ada hubungannya dengan penyebab  kematian bayi di kecamatan Batang-batang

Maka dari itu atas kejadian ini dianjurkan bagi para tenaga medis untuk selalu memberikan edukasi dan konseling yang lebih komunikatif kepada keluarga bayi yang akan dilakukan pengambilan sampel untuk pelaksanaan SHK,” ujarnya.

Dalam penjelasannya Ellya Fardasah juga mengatakan bahwa kematian bayi baru lahir atau 61 jam pasca dilakukan pengambilan sampel darah SHK, baru 1 laporan yang terjadi di Puskesmas Batang-Batang.

Sejak tanggal 1 Sepember 2023 sampai saat ini bayi baru lahir yang sudah dilakukan pengambilan sampel darah untuk pelaksanaan SHK sebanyak 1078 bayi, yang sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium di RSUD dr. Soetomo Surabaya sebanyak 1024 bayi.

Dengan hasil negatif sebanyak 1023 bayi dan hasil TSH tinggi ada 1 bayi dari Kecamatan Batang-batang yang sekarang sudah dirujuk ke RSUD Dr. H Moh. Anwar Sumenep untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 “Sedangkan 1022 bayi sampai dengan saat ini hidup sehat dan tidak ada keluhan kecuali  laporan dari kecamatan Batang-batang, yakni 1 (satu) bayi meninggal 61 jam pasca dilakukan pengambilan sampel darah SHK,” ungkapnya.

Jumlah bayi yang lahir hidup mulai bulan September sampai dengan November 2023 sebanyak 107 bayi, dan yang lahir normal di  Puskesmas Batang-Batang sebanyak 42 bayi. Yakni 35 bayi diantaranya sudah di lakukan pengambilan sampel darah SHK.

“Dari 35 bayi yang dilakukan pengambilan sampel darah SHK ditemukan 1 bayi meninggal 61 jam pasca dilakukan pengambilan sampel darah SHK,” tandasnya.(int)